Halaman

Kamis, 05 Desember 2019

Pengelolaan dalam Surat Kabar



Dalam membuat surat kabar tidak hanya asal membuat saja. Tetapi, juga perlu diperhatikan cara mengelola surat kabar. Berikut cara untuk mengelola surat kabar: 

1. Struktur Pengelolaan Surat Kabar 
Surat kabar Koran pertama yang terbit di Indonesia yakni pada zaman VOC sekitar tahun 1745. Isi surat kabar pertama tersebut hanya memuat aneka berita tentang kapal dagang VOC, mutasi pejabat, berita pernikahan, kelahiran, dan kematian. Pembacanya pun masih terbatas warga Belanda sendiri dengan judul Bataviasche Nouvelles. Koran ini terbit seminggu sekali dengan isi empat halaman.
Pada umumnya, terdapat dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa yakni, bagian redaksi (editor department) dan bagian pemasaran atau bagian usaha (Busines Department) dan kebijakan perusahaan dalam pengelolaan surat kabarnya mempunyai peran kepada persepsi pembaca terhadap surat kabar tersebut.
Dalam penerbitan sebuah surat kabar, biasanya terdiri dari beberapa bagian ataupun devisi yang bertanggung jawab langsung maupun tidak langsung terhadap sebuah penerbitan surat kabar, adapun susunan tim dalam sebuah redaksi surat kabar adalah sebagai berikut : 

a. Penanggung jawab surat kabar 
Pimpinan dari lembaga penerbit surat kabar,

b. Pemimpin redaksi 
Salah satu dari tim redaksi yang betugas mengajak, memimpin rapat redaksi untuk menentukan tema dan topik-topik tulisan setiap edisi surat kabar.

c. Tim redaksi
Merupakan beberapa orang (2-3 orang atau lebih) yang bertugas menseleksi, mengolah dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat dalam surat kabar. Tim redaksi juga menjadi reporter yang mencari bahan tulisan dan narasumber untuk ditulis sesuai kebutuhan materi sebuah edisi surat kabar. Serta melakukan pemotretan dan mengumpulkan/ menyusunnya menjadi stok foto yang sewaktu-waktu siap digunakan.

d. Tim reporter 
Merupakan wartawan lapangan yang bekerja untuk mencari berita di lapangan, mewawancarai seseorang, dan membuat tulisan hasil lapangan/wawancara tersebut. Hasil laporannya kemudian diolah (diedit) tim redaksi menjadi tulisan yang siap dimuat. Selain itu, reporter juga melakukukan pemotretan yang diperlukan.

e. Lay-outer / type setter
Adalah orang yang bertugsd melakukan tata letak (lay-out) naskah, gambar, dan bagian-bagian lain di dalam surat kabar dan tata aksara (setting) yaitu pemilihan jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan kebutuhan (jelas dan artistik).

f. Ilustrator
Adalah orang yang membuat gambar ilustrasi untuk melengkapi suatu naskah (cerita/catatan, pengalaman, cerpen, puisi dan sebagainya).

g. Kontributor tulisan
Adalah seseorang yang punya kepandaian menulis tetapi tidak masuk ke dalam struktur organisasi media. Beberapa orang seperti ini dapat diperoleh dari jenis keahlian (kompetensi) tertentu missal : Guru (menulis tentang isu pendidikan), petani maju (menulis tentang inovasi pertanian), petugas Puskesmas ( menulis tentang isu-isu kesehatan masyarakat), staf pemerintahan (menulis tentang isu-isu otonomi daerah), dan sebagainya. Juga terdapat perorangan yang memang merupakan pemerhati dan bersedia menuliskan hasil pengamatan / pemikirannya.


2. Proses Percetakan 
Terdapat beberapa teknik dalam percetakan, berikut teknik yang umumnya digunakan dalam percetakan menurut Frank Jefskins : 

a. Offset-lithography 
Kata offset umumnya digunakan untuk merujuk proses pencetakan lithography. Hal itu berarti bahwa ada tiga silinder dengan fungsi yang berbeda dalam mesin offse-lith. Plat dilengkapkan mengelilingi silinder plat dengan citra cetak bentuk positif pertama, mencetak pada selimut silinder kedua sehingga citra cetak positif menjadi negative atau terbalik. Kemudian citra cetak kedua mencetak citra cetak negative pada kertas yang digunakan melalui silinder.

b. Flexografi/ cetak tinggi 
Digunakan di Inggris guna untuk mencetak “delicate material” seperti foil untuk kemasan. Flexografi dikembangkan di Amerika Serikat untuk produksi surat kabar. Flexography merupakan proses web letterpress rotary, tetapi proses percetakan ini menggunakan plat karet yang fleksibel, dan solvent yang cepat kering atau tinta dengan basis air. Dengan menerapkan plat potopolimer yang telah diolah lagi dengan tinta khusus.

c. Potogravure
Mempunyai keunggulan pada usia plat cetak atau sleeve. Mempunyai kualitas yang cukup bagus dan murah, biasanya digunakan untuk mencetak kerta jenis art paper, dalam versi yang lebih baik photogravure digunakan untuk mencetak perangko atau benda pos lainnya.

d. Sablon / cetak saring / screen printing 
Teknik cetak ini berasal dari negeri Cina, yang memanfaatkan layar (screen) atau tenunan (mesh) rambut manusia. Biasanya digunakan untuk mencetak kertas, papan, plastic, kaos, dll.

e. System hard-dot
Versi terbaru pencetakan photogravure, yang menghasilkan cetakan yang sebanding kualitasnya dengan cetak offset-litho. Merupakan system silindergravure hard-dot kliscograph elektronik buatan Jerman. Sistem ini memiliki plat dengan permukaan bidang cetaknya berupa titik-titik yang berbentuk sesuai dengan desain yang menonjol keluar. Bentuk seperti ini berlainan dengan plat pada system pothogravure. System hard-dot memiliki area permukaan dengan ukuran yang bervariasi dengan terang atau gelapnya nada warna. Berbeda dengan system potogravureyang memanfaatkan kotak-kotak sel cekung yang dapat menyimpan tinta sesuai dengan derajat gelap terangnya nada warna yang diinginkan.


3. Proses Penerbitan 
Pada umumnya terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penerbitan surat kabar. Tahapan penerbitan ini penting dilakukan agar berita atau informasi yang dihasilkan dapat memenuhi syarat penerbitan yang baik. Adapun tahapan-tahapan tersebut antara lain : 

a. Tahap Perencanaan 
Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar harian adalah penentuan kebijakan isi pemberitaan untuk esok pagi, dan membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Fungsi ini, merupakan kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Hal yang biasanya dibahas dalam tahap perencanaan ini antara lain : 
1) Menentukan wilayah sasaran.

2) Mengidentifikasi dan menentukan indikator efektivitas dari setiap pekerjaan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan.

3) Menentukan hasil yang ingin dicapai dalam jangka panjang dengan selalu berinovasi.

4) Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 
- Menentukan urutan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Tindakan lebih ditegaskan saat rapat redaksi.

- Penjadwalan (scheduling) menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran. Penjadwalan dan penugasan untuk para reporter yang tergabung ke dalam newsroom agar mereka melaksanakan tugas peliputannya.

- Anggaran (budgeting) menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tim redaksi juga harus memperhitungkan dengan cermat masalah iklan masuk dan biaya-biaya lainnya seperti penugasan pemimpin redaksi maupun reporter untuk mengikuti perkembangan yang terjadi.

- Pertanggungjawaban menetapkan siapa yang akan mengawasi pemenuhan tujuan yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai atau belum.

- Menguji dan merevisi rencana sementara (tentative plan).

- Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi. Pengawasan secara detail hanya dilakukan oleh Kepala Bagian Marketing dan Pemimpin Redaksi. Kepala Bagian Marketing fokus kepada masalah iklan, sedangkan Pemimpin Redaksi fokus pada masalah pemberitaan.

- Komunikasi-komunikasi antar organisasi yang baik, sehingga para stafnya melakukan tugasnya dengan hati yang ikhlas dan senang.

- Pelaksanaan..


c. Tahap Pengorganisasian
Pengorganisasian manajemen redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta penempatan orang dan jabatannya dalam struktur organisasi. Pada proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk melaksanakan aktifitas redaksional (Djuroto, 2006:117).


d. Tahap Penggerakan 
Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas yang menggerakan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktivitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan penyuntingan berita. Penggerakan berarti fungsi yang dijalankan pada media massa berupa pengarahan seorang pemimpin agar para stafnya bersedia melaksanakan tugas, mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif, khususnya dalam metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya. Sehingga timbul saling pengertian yang baik serta menumbuhkembangkan disiplin kerja dan rasa saling memiliki. 
Fungsi ini menjadi penting bagi sebuah media massa karena setiap media idealnya mempunyai ideologi maupun visi misi masing-masing. Jika fungsi penggerakan dapat diterapkan secara terarah, maka para staff redaksi akan mengerti betul tujuan media massa yang mereka naungi termasuk menyusun redaksi berita yang mereka liput.


e. Tahap Peliputan 
Proses peliputan dalam manajemen radaksional adalah mencari berita (news huntinh), atau meliput bahan berita. Ativitas meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Dalam meliput berita terdpat tiga teknik, yaitu reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literature). Pengolahan data seperti berita isu membutuhkan ketepatan dengan narasumber yang terkait. Jika tidak akurat bisa menjadi kendala dalam proses peliputan. Hal tersebut menjadi hambatan yang sering terjadi di lapangan. Proses peliputan seperti isu membutuhkan teknik pendekatan terhadap narasumber yang terkait untuk bisa mendapatkan data.
Wartawan dituntut memiliki kemampuan pendekatan kepada narasumber, agar narasumber bisa memberikan keterangan mengenai isu yang sedang di angkat. Dalam peliputan peristiwa yang tidak terduga bisa melakukan pendekatan pihak terkait dengan peristiwa tersebut, sperti saksi jika meliput suatu kejadian seperti kebakaran.
Peliputan suatu peristiwa yang tidak terduga menjadi proses yang harus segera dilakukan. Misalnya suatu peristiwa kebakaran yang terjadi, seorang wartawan harus sigap dalam melakukan tindakan jika ada info mengenai kejadian kebakaran. Info yang di dapat harus segera di cek seperti mendatangi tempat kejadian, mengambil gambar tempat kejadian. Selanjutnya reporter/ wartawan melakukan penulisan terhadap berita yang telah diliput. Penulisan berita biasanya menggunakan teknik melaporkan, yang merujuk pada pola piramida terbalik dan mengacu pada rumusan 5W + 1 H. 


f. Tahap Pengawasan 
Tahap pengawasan merupakan kegiatan untuk mengetahui pelaksanaan kerja bidang redaksional apakah sudah sesuai atau belum. Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan.
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk memahami bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar